Plug and Play -perusahaan inkubator sekaligus venture capital - mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Plug and Play tentu saja tak sendirian. Mereka menggandeng Gan Kapital dengan membentuk Plug and Play Indonesia.
Di negeri ini mereka akan fokus terhadap pengembangan startup berbasis Financial Technology (FinTech) dan mobile. Rencanannya, perusahaan yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat itu akan melakukan investasi di 50 perusahaan rintisan tahap awal setiap tahunnya melalui program akselerator.
"Dengan populasi Indonesia yang semakin terdigitalisasi, kami melihat ini sebagai peluang yang baik untuk melakukan investasi pada perusahaan rintisan serta menghubungkan mereka dengan mitra korporasi serta mitra-mitra lain kami untuk membantu mereka," ujar CEO Plug and Play, Saeed Amidi di Jakarta, Senin (14/11).
Sementara itu dikesempatan yang sama, SVP Global Operations Plug and Play, Jupe Tan mengatakan, perusahaan- perusahaan rintisan yang terpilih akan diberikan berbagai fasilitas termasuk pendanaan.
"Nantinya akan ada pendanaan, bimbingan, ruang kerja gratis, serta dukungan-dukungan terkait lainnya melalui program akselerator selama tiga bulan," tuturnya.
Rencananya, program Plug and Play itu akan diumumkan dalam beberapa minggu ke depan. Langkah tersebut juga sejalan dengan program pemerintah yang mencanangkan 1.000 startup sampai 2020.
Paling Gencar di Silicon Valley
Kembali Jupe Tan mengatakan, Plug and Play sejatinya perusahaan yang resmi diluncurkan para tahun 2006 di Silicon Valley, Amerika Serikat. Sejauh ini, pihaknya telah membenamkan dananya ke lebih dari 550 perusahaan rintisan digital.
"Kami melakukan investasi di Paypal dan DropBox. Saat ini di PayPal kami sudah exit. Boleh dibilang, kami perusahaan yang paling gencar investasi startup di Silicon Valley," ujarnya.
Dikatakannya, Plug and Play memiliki fokus untuk mengembangkan platform berbasis seperti Internet of Things, FinTech, kesehatan, material packaging, media, brand, insurance, dan mobility.
Langkahnya menyasar pasar Indonesia juga bukan tanpa perhitungan. Menurutnya, penetrasi mobile di Indonesia saat ini telah mengalami peningkatan yang signifikan terlebih dengan tumbuhnya pula kaum masyarakat menengah ke atas. Tanda-tanda itu juga menunjukan bahwa tingkat edukasi digital pun perlahan-lahan mulai meningkat.
"Apalagi didukung dengan berkembangnya startup di Indonesia. Oleh sebab itulah, keberadaan kami juga ingin mencari perusahaan rintisan digital yang berpotensi menjadi unicorn di masa depan. Jadi kami mencari seperti Go-Jek," terangnya.