Foto: Stella Iowa City/Getty Images
Jakarta - Dalam masa kampanyenya, Donald Trump berjanji akan memperketat visa untuk karyawan teknologi asing, yang antara lain bekerja di Facebook, Google dan lain sebagainya. Kini setelah dia jadi presiden terpilih, banyak dari para karyawan itu jadi dilanda cemas.
Sasaran Trump adalah visa jenis H-1B untuk karyawan asing berkemampuan tinggi, tapi di lapangan dinilai tidak semuanya punya kualifikasi tinggi. Tiap tahun, visa tersebut meloloskan sekitar 65 ribu karyawan dan 20 ribu mahasiswa.
Trump menilai banyaknya karyawan asing yang mungkin tidak semuanya berkemampuan tinggi itu, menyingkirkan warga AS sendiri. Meski dia juga pernah menyatakan bakat dari warga negara asing memang penting bagi AS.
Dikutip detikINET dari Reuters, perusahaan teknologi semacam Microsoft dan Google biasanya merekrut karyawan asing berkualitas dan dibayar besar. Tapi perusahaan semacam Infosys atau Tata Consultancy Services dianggap menyalahgunakannya dengan merekrut karyawan asing bergaji rendah.
Perusahaan teknologi semacam Facebook sebenarnya sudah mengusahakan agar visa jenis H-1B lebih diperketat. Misalnya syarat gaji minimum harus ditinggikan.
Meski ada kekhawatiran, pendukung Trump menyatakan kemungkinan tidak akan ada perubahan besar dalam sistem visa tersebut. "Dia menyatakan pada kami bahwa para pekerja asing itu mengagumkan dan gila kalau membiarkan mereka pergi," sebut Shalab Kumar, pebisnis keturunan India yang mendukung Trump.
Perusahaan teknologi banyak memperoleh kuota visa H-1B. Amazon di posisi 12, Google 14, Microsoft di posisi 15, Facebook di 24 serta Apple di nomor 34.
(fyk/rou)